Ketum PKB, Muhaimin Iskandar dalam acara Silaturrahmi Ulama se-Jateng
Semarang – Jika dulu Presiden Soekarno pernah punya slogan Jas Merah alias jangan sekali-kali melupakan sejarah, maka ulama se-Jawa Tengah juga punya slogan serupa. Namun kali ini bukan Jas Merah, melainkan Jas Hijau.
Jas Hijau bukan warna jas untuk mewakili partai tertentu. Jas Hijau merupakan akronim dari ‘jangan sekali-kali menghilangkan jasa ulama’. Sebab, ulama berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Akhir ini banyak peristiwa yang sepertinya mengarah untuk melupakan jasa para ulama yang ikut membangun bangsa ini,” ujar Muhaimin Iskandar, Jumat (21/7) di Gedung Pertemuan UTC, Semarang, dalam acara Silaturrahmi Ulama se-Jateng.
Pria yang akrab dipanggil Cak Imin ini menambahkan NKRI mungkin saja tidak merdeka pada 1945 silam, andai KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Samsuri, dan para ulama lainnya tidak menyerukan agar umat Islam bersatu mengusir penjajah.
“Kalau ada yang mengganggu NU tidak boleh sampai terjadi, karena jasa besar para ulama tidak bisa diabaikan,” kata Cak Imin.
Ia menegaskan Full Day School (sekolah lima hari, red) merupakan salah satu upaya untuk melupakan peran ulama. Karena keberadaan madrasah diniyah yang biasanya digelar setelah sekolah formal, diisi oleh para ulama.
“Full Day School sedang dipaksakan oleh Kemdikbud, ini bagian dari mengabaikan peran dan jasa para ulama,” tegas Ketua Umum PKB itu.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/19128/Ulama-se-Jateng-Teriakkan-Slogan-Jas-Hijau/