Mantan komandan Angkatan Darat Prancis (Foto: John Schults/Reuters)
Doha – Mantan komandan Angkatan Darat Prancis, membeberkan rincian baru perihal kudeta Qatar pada Februai 1996 yang dilancarkan oleh negara-negara yang kini memblokade negara itu.
Kepada Al Jazeera, Paul Barril, yang mengawasi kudeta yang berhasil digagalkan itu, mengatakan, otak di balik rencana untuk menggulingkan Qatar pada saat itu adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrai.
“Negara-negara yang sama ini, bersama dengan Mesir, memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada 5 Juni 2017,” ungkap Barril.
Kudeta yang gagal ini, dijuluki “Operasi Abu Ali”, terjadi selama bulan Ramadhan pada 14 Februari 1996, satu tahun setelah mantan Emir Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani mengambil alih tahta.
“Operasi itu direncanakan bersama dengan kepala polisi lalu Sheikh Hamad bin Jassim bin Hamad Al Thani, sepupu mantan emir,” jelas Barril.
Menurut Barril, UEA secara khusus memberi dukungan besar untuk melakukan operasi. Pada saat itu, ia sudah membawa 40 tentara yang sangat terlatih untuk melaksanakan rencana tersebut.
Ia dan timnya dijamu di hotel InterContinental Abu Dhabi, tempat banyak senjata disimpan. Mereka juga diberi paspor UEA untuk memfasilitasi gerakan tersebut dari Abu Dhabi Putra Mahkota saat ini, Mohammed bin Zayed al-Nahyan, yang pada saat itu adalah panglima pasukan UEA.
Barril mengatakan senjata-senjata itu dipindahkan dari Mesir dan tim militer yang seharusnya melakukan operasi termasuk para perwira Qatar yang diasingkan.
Sementara itu, Arab Saudi juga menyiapkan pejuang, sementara Bahrain digunakan sebagai pusat Barril dan tim komunikasinya untuk mengawasi operasi yang berlangsung di Doha melalui wiretappings.
Barril mengungkapkan, awal 1996, ia melakukan operasi pribadi dan rahasia di Doha melalui laut untuk mengambil foto sasaran, di antaranya kediaman Sheikh Hamad, stasiun televisi lokal negara itu, dan gedung-gedung keamanan negara.
Menurut Barril, yang mempengaruhi operasi itu adalah panggilan dari mantan Presiden Prancis, Jacques Chirac, yang secara pribadi memerintahkannya menghentikan “kebodohan” tersebut.
Keputusan untuk menghentikan operasi sebetulnya diperintahkan bapak pendiri Qatar, Sheikh Khalifa bin Hamad Al Thani, setelah ddiberitahu bahwa operasi terhadap putranya dapat menyebabkan sekitar 1.000 orang tewas.
Barril mengatakan rencana tersebut, jika dilaksanakan, mungkin akan berujung “pembantaian”, menunjukkan bahwa timnya bertugas menangkap Sheikh Hamad serta menteri luar negeri negara itu, antara lain dari keluarga yang berkuasa.
TAGS : Arab Saudi Kudeta Qatar Paul Barril
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/45569/Arab-Saudi-Cs-Otak-di-Balik-Kudeta-Qatar/