Pengungsi Rohingya
Yangon – Sebanyak lebih dari 6.000 anak-anak etnis Rohingya yang menyeberang ke Bangladesh, terancam menjadi yatim piatu, karena melarikan diri dari Myanmar tanpa didampingi oleh orang tua mereka. Demikian laporan Badan Amal Internasional Save the Children pada Kamis (23/8).
Angka itu belum final menurut Save the Children. Akan tetapi sebagai acuan, diperkirakan jumlahnya lebih tinggi dari laporan tersebut. Pasalnya, masih banyak anak-anak yang hilang di kamp-kamp besar, untuk tinggal bersama kerabat atau tetangga mereka setelah menyeberangi perbatasan.
“Kami tahu itu butuk, tetapi tidak seburuk ini. Bahkan manajer perlindungan anak yang berpengalaman terkejut oleh temuan itu,” ujar manajer advokasi kemanusiaan Save the Children Beatriz Ochoa di Cos’s Bazar.
“Akan ada implikasi yang mendalam pada pekerjaan kami. Beberapa anak-anak ini menyaksikan orang tua mereka dibantai. Bisakah Anda membayangkannya?” lanjutnya.
Sementara dalam laporan UNCEF, 60 persen warga sipil yang diburu oleh militer Myanmar dan sipil bersenjata ialah anak-anak.
Kehidupan Cox’s Bazar yang disulap menjadi kamp-kamp pengungsian tampak tidak bersih dan sempit, kata UNICEF, mengancam masa depan anak-anak tersebut.
“Anak-anak dan remaja yang lebih tua kehilangan kesempatan belajar atau mencari mencari nafkah. Mereka berada dalam risiko nyata, atau menjadi generasi yang hilang,” ujar UNICEF.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/39745/Tragedi-Rohingya-Sebabkan-6000-Anak-Jadi-Yatim-Piatu/