Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Presiden Iran, Hasan Rouhani
Tehran – Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Idriss Jazairy, mengecam sanksi yang dijatuhkan pemerintah Amerika Serikat (AS) kepada Iran. Ia menyebut sanksi itu tidak adil dan berbahaya”.
“Sanksi-sanksi yang tidak adil dan berbahaya ini menghancurkan perekonomian dan mata uang Iran, membuat masyarakat jatuh ke jurang kemiskinan dan membuat barang-barang impor tak terjangkau,” Jazairy melalui pernyataan tertulis.
Pada 6 Agustus, Gedung Putih menjatuhkan kembali putaran pertama sanksi ekonomi kepada Iran yang menyasar sektor perbankan negara tersebut.
Sanksi ini bertujuan untuk mempersulit Teheran mendapatkan mata uang AS, melakukan perdagangan batu mulia, denominasi transaksi bank dengan rial Iran, melakukan aktivitas yang berhubungan dengan utang negara, dan sektor otomotif negara tersebut.
Melalui pernyataannya, Jazairy mempertanyakan apakah Amerika Serikat akan menyediakan makanan dan obat-obatan yang kini tak mampu dibeli oleh jutaan warga Iran.
“Sistem saat ini menciptakan utang dan ketidakpastian yang membuat Iran tak mungkin mengimpor barang-barang yang dibutuhkan untuk bantuan kemanusiaan. Ketidakpastian ini menimbulkan `efek mengerikan` yang akan menyebabkan kematian di rumah sakit-rumah sakit karena obat-obatan habis, sementara media internasional gagal melihatnya,” kata Jazairy.
Pelapor khusus juga meminta AS untuk “memperlihatkan komitmennya untuk membolehkan komoditas pertanian, makanan, obat-obatan dan peralatan medis masuk ke Iran dengan mengambil langkah nyata dan konkret untuk memastikan bank, lembaga keuangan dan perusahaan dapat dengan cepat dan bebas diyakinkan bahwa impor dan pembayaran terkait barang-barang tersebut diperbolehkan”
“Sanksi apapun yang dijatuhkan harus adil, dan tidak boleh menyebabkan penderitaan orang-orang tak berdosa,” tambah Jazairy. (aa)
TAGS : Iran Amerika Serikat PBB
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/39719/Sanksi-AS-Rusak-Perekonomian-Iran/