Diskusi bertajuk Pembangunan Iklim Akademis dan Profesi sebagai Seorang Ilmuwan di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung
Bandung – Sumbangsih Indonesia di kancah publikasi internasional hingga hari ini belum maksimal. Dari potensi 151 ribuan publikasi per tahun, Indonesia baru mampu menerbitkan 13 persennya, atau 19 ribu publikasi internasional.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Muhammad Dimyati mengatakan, ada banyak hal yang perlu mendapatkan perhatian. Tak hanya soal kuantitas (jumlah, Red), kualitasnya pun perlu ditingkatkan.
“Jadi masih sangat tinggi (potensinya). Itu pun kita masih bicara kuantitas, padahal harus bicara soal kualitas. Bukti soal belum maksimal kualitasnya adalah jumlah sitasinya belum tinggi,” kata Dimyati dalam diskusi `Pembangunan Iklim Akademis dan Profesi sebagai Seorang Ilmuwan` pada Rabu (2/5) di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung.
Dimyati menjelaskan, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kuatitas dan kualitas publikasi internasional Indonesia yakni dengan menyandingkan ilmuwan Indonesia dengan ilmuwan asing.
Melalui program world class research yang saat ini sedang menunggu peluncurannya, diharapkan ada kolaborasi riset sehingga setidaknya ada publikasi ilmuwan Indonesia masuk di berbagai jurnal riset ternama di dunia.
“Kita harap mereka bisa menulis di jurnal-jurnal bergengsi seperti Jurnal Nature. Kan sampai sekarang masih sangat sedikit orang-orang kita yang ada di Jurnal Nature,” terangnya.
Hingga hari ini, sudah ada delapan ilmuwan asing yang bersedia berkolaborasi dengan ilmuwan Indonesia untuk menggarap riset bersama. Lima ilmuwan dari Amerika Serikat (AS), sementara tiga ilmuwan lainnya dari Eropa.
TAGS : Pendidikan Publikasi Internasional Kemristekdikti
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/33646/Publikasi-Internasional-Indonesia-Masih-13-Persen/