Menristekdikti Mohamad Nasir di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN, Tangerang Selatan (foto: Humas)
Makassar – Indonesia memiliki berbagai macam inovasi teknologi yang sudah dikembangkan, baik oleh lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi. Namun, kendalanya kini teknologi-teknologi tersebut sulit diterapkan di tengah-tengah masyarakat, akibat masih maraknya pola berpikir tidak rasional atau takhayul.
Untuk menjembatani hal, menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti perlu adanya komunikasi teknologi sains (Science Communication, Red), dari peneliti kepada peneliti (scientist to scientist) dan peneliti kepada masyarakat (scientist to non-scientist).
“Masyarakat kita masih banyak sekali yang mindset-nya berbasis pada sesuatu yang tidak memiliki bukti (evidence) dan tidak rasional. Karena itu, dosen, peneliti dan bahkan media memiliki tanggung jawab untuk mengomunikasikan kepada masyarakat agar berpikir lebih rasional,” ujar Ali usai mengisi Seminar Science Communication di kantor Kopertis Wilayah IX, Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (11/8).
Salah satu bukti maraknya takhayul di tengah masyarakat menurut Ali adalah fenomena Dimas Kanjeng, yang viral beberapa bulan lalu. Kepercayaan masyarakat terhadap Dimas Kanjeng dapat menggandakan uang, terjadi lantaran masyarakat tidak memahami sesuatu berdasarkan ilmu pengetahuan.
“Padahal itu tidak bisa diterima oleh akal sehat, dan jika tidak diterima oleh akal artinya itu bukan pengetahuan (knowledge). Tugas para ilmuwan, dosen, peneliti dan media untuk menyampaikan tentang investasi yang bisa dipercaya, jika tujuannya memang untuk menggandakan uang,” katanya.
Bukti lainnya, Indonesia selama ini menyimpan sumber daya Uranium yang cukup besar. Namun, Uranium untuk nuklir sulit dikembangkan akibat kerap kali disalahartikan oleh masyarakat sebagai ancaman yang berujung ketakutan.
“Persepsi masyarakat selama ini nuklir itu berbahaya, menakutkan dan negatif. Padahal, kita punya reaktor nuklir di Yogyakarta sudah 30 tahun,” terangnya.
TAGS : Pendidikan Iptek Kemristekdikti
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/20045/Praktik-Inovasi-Teknologi-Masih-Terbentur-Takhayul/
Digital Marketing Agency in Jakarta Indonesia
Best Digital Marketing Agency in Jakarta Indonesia
Creative Digital Marketing Agency Indonesia
Digital Agency Jakarta Terbaik