Rektor Univeritas Trilogi Dr. Aam Bastaman (paling kanan) bersama para pembicara dalam Konferensi Internasional On Cold Chain & Logistic Management for Agrifood in Indonesia di Jakarta.
Jakarta – Program studi pertanian di perkotaan masih sepi peminat. Di Jakarta contohnya, sebagian besar perguruan tinggi swasta maupun negeri tak menyertakan Fakultas Pertanian dalam daftar pilihan fakultasnya.
Rektor Universitas Trilogi Dr. Aam Bastaman mengungkapkan, rendahnya minat calon mahasiswa perkotaan terhadap pertanian kemungkinan besar karena masih terbawa paradigma lama. Padahal menurutnya, pertanian di perkotaan berbeda perlakuannya dengan pertanian di pedesaan.
“Kenapa mereka (calon mahasiswa, Red) tidak tertarik? Karena barangkali diselimuti ketakutan dan paradigma lama, bahwa pertanian itu kotor, miskin, dan tidak punya masa depan,” ujar Aam Bastaman dalam konferensi internasional bertajuk ‘On Cold Chain & Logistic Management for Agrifood Product in Indonesia, Rabu (4/4) di Jakarta. Acara ini merupakan hasil kolaborasi Universitas Trilogi bersama Kementerian Ketenagakerjaan, dan Asian Productivity Organization (APO).
Sepinya peminat pertanian terlihat di Universitas Trilogi, Jakarta. Sebagai satu-satunya kampus swasta yang memiliki program studi agroekoteknologi, hanya diisi oleh sekitar 20 mahasiswa per semesternya.
“20-an per tahun ajaran baru. Itu satu kelas. Tapi dengan upaya kami melakukan sosialisasi, berharap tahun ke depan peminatan akan semakin bertambah,” kata Aam.
Aam menjelaskan, konsep pertanian di perkotaan mengadopsi model urban agriculture, yakni petani kota dapat memanfaatkan lahan yang sempit untuk menerapkan roof gardening dan vertical agriculture. Dengan demikian, bertani bukan hanya bisa dilakukan di sawah atau pedesaan.
“Indonesia memang luas, tapi tidak merata. Jakarta lahan sangat sempit, bagaimana bisa menciptakan suatu kreativitas dengan memanfaatkan lahan yang sempit itu,” jelasnya.
Sementara Direktur Bina Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja Muhammad Zuhri mengatakan, Indonesia memiliki hasil pertanian buah-buahan dan sayur-mayur yang melimpah. Sayangnya, sumber daya alam yang melimpah itu belum mampu dikelola dengan baik.
Untuk menuntaskan persoalan ini, kata Zuhri, pemerintah harus memperbaiki regulasi di bidang pertanian. Sementara itu juga dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
“Pemerintah kan punya target-target. Sasarannya bisa melalui dunia pendidikan, usaha, dan masyarakat. Itu yang kita sebut Quadruple Helix, yakni kaitan antara pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha, dan masyarakat,” pungkas Zuhri.
TAGS : Pendidikan Pertanian Kemnaker
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/31774/Peminat-Prodi-Pertanian-di-Kota-Besar-Masih-Minim/