Ilustrasi Pilkada 2018
Jakarta – Selain Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa yang telah mendapat dukungan dari partai politik, warga Jawa Timur (Jatim) masih ada yang menginginkan pasangan untuk maju di Pilgub 2018.
Berdasarkan hasil Survei Indonesia Network Election Survey (INES), ada satu sosok atau tokoh yang diinginkan masyarakat untuk maju pilgub Jatim. Tokoh tersebut adalah La Nyalla M Matalliti.
Dimana sebanyak 77,4% dari 2.661 jawaban responden menginginkan lebih dari dua paslon. Dan 20,2 % menginginkan hanya dua paslon saja. Sedangkan 2,4% tidak menjawab pertanyaan survey.
Direktur Eksekutive INES, Chaerudin Affan mengatakan, dari hasil temuan survei ternyata nama Khofifah dikenal oleh 79,7 persen responden, hal ini karena Khofifah merupakan tokoh yang pernah dua kali ikut Pilgub Jatim.
“Sementara Saifullah Yusuf dikenal oleh 77,3 persen responden karena posisinya sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur dua periode dan dua kali menang pilkada,” kata Chaerudin, melalui rilisnya, Jakarta, Jumat (15/12).
Sementara La Nyalla Mataliti, kata Chaerudin, dikenal oleh 76,9 persen responden karena namanya sebagai Ketua Umum PSSI dan Ketua Kadin Jawa Timur serta keaktifan di Ormas PP.
“La Nyalla juga dikenal saat menghadapi masalah Hukum yang akhir La Nyalla terbukti tidak bersalah di pengadilan,” ujarnya.
Selanjutnya, nama Achsanul Qosasi dikenal oleh 49,2 persen responden sebagai politisi Partai Demokrat dan Anggota BPK, Suyoto dikenal oleh 52,1 persen Responden karena posisinya sebagai Bupati Bojonegoro, Abdullah Azwar Anas dikenal oleh 68,4 persen esponden sebagai Bupati Banyuwangi, Emil Dardak dikenal oleh 49,6 persen sebagai Bupati Trenggalek yang baru terpilih dan memperistri seorang Artis sinetron terkenal Arumi Bachsin.
“Kemudian nama Anang Hermansyah dikenal oleh 69,7 persen responden sebagai artis penyanyi dan anggota DPR RI, sementara Nurwiyatno dikenal oleh sebanyak 52,4 persen responden,” katanya.
Menurutnya, Khofifah, Saifullah Yusuf dan La Nyalla merupakan tokoh yang paling banyak dikenal oleh publik. Meski demikian, tingginya popularitas belum tentu berbanding lurus dengan akseptabilitas (kesukaan) dan elektabilitas (keterpilihan).
Hal ini, kata Chaerudin, rumus pemilih ada tiga, yakni dikenal, disukai, dan dipilih. Jika dilakukan simulasi pasangan Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar (Anas), Khofifah-Emil Dardak, Achsanul Qosasi-Suyoto, maka pasangan Khofifah-Emil akan memenangkan Pilkada Jatim dengan tingkat keterpilihan 33,2 persen.
Sementara suara pasangan Khofifah-Emil mengalami penurunan, pasangan Saifullah-Azwar Anas mengalami sedikit peningkatan dan memiliki swing voters yang tidak jauh berbeda pada simulasi sebelumnya. Kehadiran Anang Hermansyah dapat mengambil sedikit keuntungan dan berhasil mengurangi suara pasangan Khofifah-Emil.
“Pada tiga simulasi di atas terlihat bahwa Achsanul Qosasi bukan lawan yang sepadan untuk Khofifah dan Saifullah. Keuntungan latar belakang dari tokoh yang kemungkinan disandingkan dengan Achsanul yaitu Suyoto, Nurwiyatno dan Anang tetap tidak bisa memberikan kenaikan suara yang signifikan dan justru malah menahan tingkat keterpilihan tokoh yang diuji sebagai pasangannya,” tandasnya.
Simulasi selanjutnya dilakukan dengan pasangan Khofifah-Emil Dardak, Saifullah–Azwar Anas dan La Nyalla-Anang Hermasyah. Terlihat dari hasil perolehan suara, pasangan Khofifah–Emil dan Saifullah-Anas menemui lawan yang sepadan.
Menurutnya, duet pasangan La Nyalla–Anang Hermansyah berhasil memperoleh 26,7 persen suara masyarakat Jatim. Sementara Khofifah–Emil 26,6 persen dan Saifullah–Anas 24,4 persen.
“La Nyalla-Anang memperoleh suara yang sangat besar dikarenakan latar belakang La Nyalla sebagai Ketua Umum PSSI yang dimana masyarakat Jawa Timur sangat menyukai olahraga sepak bola. Latar belakangnya sebagai pengusaha juga sangat disukai masyarakat Jawa Timur dibandingkan latar belakang politisi,” tandasnya.
Anang Hermansyah, kata dia, sebagai tokoh yang populer juga memberikan dampak yang cukup signifikan pada perolehan suara pasangan La Nyalla-Anang.
“Suyoto dan Anas yang merupakan Kepala Daerah 2 Periode memberikan kepercayaan pada masyarakat, sementara Emil yang baru menjabat dan akan mencalonkan sebagai Wakil Gubernur justru mengalami penurunan jika ditampilkan sosok Suyoto dan Khofifah–Emil dardak unggul dengan elektabilitas 25,3 %,” tukasnya.
Diketahui, pasangan Saifullah Yusuf–Abdullah Azwar Anas yang di usung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan (PDIP). Lalu Khofifah Indar Parwangsa dan Emil Dardak telah di usung oleh Partai NasDem, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Hanura.
Sedangkan Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahetra (PKS) belum menentukan pilihan tokoh mana yang akan diusung. Tentu saja konstelasi politik jelang Pilgub ini sangat menarik perhatian masyarakat.
Aspek yang menjadi sorotan dalam survei INES kali ini adalah aspek kepedulian masyarakat terhadap Pilgub dan persepsi masyarakat terkait Popularitas, Akseptabilitas, Kapabilitas dan Elektabilitas terhadap kedua pasangan calon yang telah di usung oleh partai politik. Survei jajak pendapat ini dilakukan pada 29 November sampai 5 Desember 2017.
Adapun dalam penelitian kali ini, survei dilaksanakan di 38 kabupaten/kota yang ada di Jatim. Peneliti menyebarkan 2.661 angket yang dibagi 659 Kecamatan di Jatim. Data berasal dari laki-laki dan perempuan yang bekerja di sektor domestik atau publik, dengan aneka profesi dengan ragam pendidikan, ragam umur. Jumlah responden 2.604 dan margin of error ± 1.9% pada tingkat kepercayaan 95%.
TAGS : Pilkada 2018 Pilgub Jatim La Nyalla
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/26370/Pasangan-La-Nyalla-Anang-Ancaman-Bagi-Gus-Ipul-dan-Khofifah/