Iran Air (Foto: AFP)
Dubai – Maskapai penerbangan Iran Air kesulitan membeli pesawat baru, jelang sanksi Amerika Serikat (AS) yang akan berlaku efektif pada Senin, 5 November 2018 besok.
Karenanya, maskapai tersebut mengupayakan perusahaan penerbangan yang tidak memerlukan izin penjualan AS. Dan dalam hal ini, Sukhoi Superjet 100 asal Rusia menjadi pertimbangan.
“Kami menyambut setiap perusahaan yang mampu menyediakan pesawat yang dibutuhkan oleh Iran Air. Kami bahkan telah menggunakan pesawat Sukhoi 100, atau pesawat buatan negara-negara non-Eropa,” kata Kepala Eksekutif Iran Air Farzaneh Sharafbafi dalam laman Kementerian Perhubungan Iran, pada Sabtu (3/11).
Sebelumnya, Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS (OFAC) mencabut lisensi Boeing Co (BA.N) dan Airbus (AIR.PA) untuk penjualan jet penumpang ke Iran.
Kebijakan ini berlaku sebagai dampak keluarnya Presiden AS Donald Trump dari perjanjian nuklir 2015, pada Mei lalu.
Dan mengacu pada perundang-undangan AS, pesawat yang menggunakan lebih dari 10 persen suku cadang AS, membutuhkan persetujuan lembaga keuangan AS.
“Kami akan mempertimbangkan pembelian pesawat jika perusahaan-perusahaan ini dapat menjual pesawat ke Iran tanpa lisensi OFAC,” ujar Sharafbafi.
Sejauh ini Iran Air telah memesan 200 pesawat penumpang dari Airbus, 80 dari Boeing, dan 20 dari ATR turboprop Franco-Italia. Semua transaksi tersebut bergantung pada lisensi AS, karena dominannya penggunaan suku cadang AS.
TAGS : Iran Air Maskapai Penerbangan Sanksi AS
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/43304/Maskapai-Iran-Kesulitan-Beli-Pesawat-Baru/