Politeknik Negeri Malang
Malang – Dunia industri dewasa ini menuntut lulusan politeknik memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Karena itu pemerintah mendorong mahasiswa politeknik supaya tak hanya dibekali ijazah, namun juga kompetensi supaya siap bekerja.
Salah satu upaya tersebut ialah program Multi Evtry Multi Outcome (MEMO). Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, program itu memungkinkan mahasiswa memilih berbagai alternatif perkuliahan, agar bisa langsung bekerja di industri dengan tetap dapat kembali lagi ke kampus (kuliah, Red).
“Tahun pertama misalnya, mahasiswa dapat sertifikat KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) level tiga, terus mau bekerja, kembali lagi dia ke kampus, itu bisa melanjutkan ke tahun kedua. Tidak ada DO (drop out), istilahnya zero DO,” jelas Menteri Nasir, Selasa (13/3) di Malang, Jawa Timur.
Program MEMO, kata Menristekdikti, diharapkan dapat mempercepat kebutuhan industri dan memutus mata rantai kemiskinan. Jadi lulusan politeknik akan selalu siap kerja bukan sekedar siap di-training saja.
“Cara pandang masyarakat terhadap politeknik kedepan harus berubah. Selama ini politeknik seolah seperti perguruan tinggi kelas dua. Padahal, lulusan politeknik saat ini sangat kompeten dan dibutuhkan pasar kerja,” ujar Nasir.
Sementara Ketua Forum Direktur Politeknik se-Indonesia (FDPNI) Rahmat Imbang memandang program MEMO masih butuh penyesuaian dan penyelarasan regulasi. Di antaranya penyesuaian kurikulum, instrumen penilaian BAN PT, dan pangkalan data pendidikan tinggi untuk menjamin keabsahan ijazah.
TAGS : Pendidikan Politeknik Industri
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/30471/Lulusan-Politeknik-Dituntut-Memiliki-Kompetensi/