Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Universitas Terbuka
Jakarta – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, menjawab kritik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy terhadap output Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Sebelumnya Mendikbud menyebut ada kebutuhan 91 ribu guru sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka revitalisasi SMK. Namun kebutuhan itu tak bisa dipenuhi lewat LPTK, terutama untuk bidang kelautan dan pariwisata.
Menjawab kritik Muhadjir, Menristekdikti beralasan bahwa program studi di kedua bidang tersebut sampai saat ini belum ada. Namun dia menegaskan tetap berkomitmen agar LPTK yang berada di bawah perguruan tinggi, menghasilkan guru produktif, alih-alih normatif dan adaptif.
“Kelautan dan perikanan itu, kalaupun ada, pasti dari non-LPTK. Makanya sekarang kami lagi branding, yang masuk PPG boleh dari non pendidikan,” kata Menteri Nasir usai kegiatan `Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama dalam Rangka Membangun Kesadaran Pajak melaui Pendidikan`, di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, pada Jumat (9/11).
Di antara sektor yang disasar oleh Nasir untuk menghasilkan guru yang dibutuhkan oleh SMK, yakni insinyur dan ahli pertanian, yang sebelumnya belum pernah ada dalam LPTK.
“Jadi, multi-entri untuk masuk pada PPG harus melalui pendidikan itu,” terangnya.
Seperti diketahui, Muhadjir mengkritik LPTK yang berada di bawah Kemristekdikti tidak bisa menghasilkan guru di bidang pariwisata dan kelautan.
Padahal, mengingat Indonesia yang sedang menggalakkan pariwisata dan industri di kedua sektor tersebut, keberadaan guru yang ahli bidangnya sangat dibutuhkan.
“Maka kelautan itu biasanya kami menarik pelaut pensiun untuk dijadikan guru. Karena guru kelautan, kebutuhan kita sangat tingggi di sana, terutama untuk pesiar,” kata Muhadjir pada Kamis (8/11).
Selain mengkritik ketidakmampuan LPTK menghasilkan guru di bidang keahlian tertentu yang dibutuhkan pasar, Mendikbud juga mengeluhkan membludaknya guru normatif dan adaptif.
Dia menjelaskan, guru adaptif merupakan guru mata pelajaran murni, antara Biologi, Fisika, Matematika, Kimia, dan mata pelajaran eksak lainnya. Sementara guru adaptif ialah guru yang mengajar agama dan Pancasila.
“Saya malah pernah liat SMK yang guru agama dan Pancasilanya lebih banyak. Lalu kami membuat program keahlian ganda. Mereka yang guru adaptif disekolahkan ke bidang keahlian. Dan hasilnya bagus,” tandasnya.
TAGS : Kritik LPTK Muhadjir Effendy Mohamad Nasir
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/43607/LPTK-Dikritik-Mendikbud-Ini-Pembelaan-Menristekdikti/