Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Ahmad Umar (Foto: Muti/Jurnas)
Jakarta – Jumlah madrasah negeri di Indonesia masih minim. Dari total 50.479 madrasah yang terdiri dari madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), dan madrasah aliyah (MA), cuma 3.888 di antaranya yang sudah berstatus sebagai madrasah negeri.
Sementara bila menengok sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), persentase jumlah sekolah negeri mencapai 55 persen dari total 302.097 sekolah (SD, SMP, dan SMA).
Menyikapi hal tersebut, berikut petikan wawancara khusus reporter Jurnas.com dengan Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Ahmad Umar.
Mengapa jumlah madrasah negeri masih minim?
Perbedaan antara sekolah dan madrasah ialah, kalau madrasah itu berkembang dari masyarakat, dan tumbuh dari masyarakat. Kemudian ada beberapa madrasah yang yayasannya mengikhlaskan dinegerikan.
Namun sekolah (negeri, red) yang mampu dibuat pemerintah itu sangat sedikit sekali, sementara jumlah madrasah terus bertambah seiring dengan inisiasi masyarakat.
Lalu apa upaya pemerintah dalam hal ini?
Yang ingin kami lakukan yakni pemerataan kualitas dengan cara pembibitan mutu. Karena tidak mungkin membuat madrasah bagus sekaligus. Jadi kami kembangkan sel Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) dan Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAN PK). Saat ini sudah ada 22 MAN IC dan 10 MAN PK di seluruh Indonesia.
Bagaimana sistemnya?
MAN IC dan MAN PK akan dikembangkan di beberapa provinsi. Tapi bukan dalam segi kelembagaannya, melainkan semangat peningkatan mutunya, standarnya. Makanya dalam hal ini sudah ada MAN 2 Malang, MAN 2 Kudus, dan MAN 2 Pekanbaru yang berhasil.
Pusat akan memberikan bantuan, tapi harus tanggung jawab. Satu madrasah pegang lima madrasah. Sehingga yang kami kembangkan bukan fasilitasnya, tapi semangatnya. Karena dengan semangat itu orang akan muncul kreatifitas, inovasi. Orang dikasih ikan akan makan ikan, orang dikasih kail akan mancing. Kail itu sebagai semangat.
Kami di sini ingin mengembangkan mutu, bukan modal masal. Tapi harus bertahap melalui sel. Kalau bareng-bareng kan enggak mungkin karena terkendala dengan biaya. Dengan model pembibitan seperti ini memang lambat tapi konkret. Tahun depan sudah ketahuan berapa madrasah yang kami kader.
Targetnya?
Setiap provinsi minimal ada satu madrasah yang bisa dijadikan rujukan.
TAGS : Pendidikan Madrasah Kementerian Agama KSKK Ahmad Umar
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/40565/Jumlah-Madrasah-Negeri-Cuma-Tujuh-Persen/