Ini Respon DPR Soal Program Kemendikbud `Belajar Bersama Lewat TVRI`
Anggota Komisi X DPR RI, Prof Zainuddin Maliki (Pwmu)
Jakarta, Jurnas.com – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN, Zainuddin Maliki mengapresiasi langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang telah meluncurkan Program Belajar dari Rumah di TVRI.
Menurutnya hal itu bermanfaat guna menjamin semua siswa didik, baik SD, SMP maupun SMA yang kondisinya berada di daerah tanpa jaringan internet, untuk tetap bisa belajar.
Kendati demikian, kata Zainuddin, langkah ini belum sepenuhnya bisa dijadikan solusi. Sebab, belajar melalui televisi kemungkinan masih lebih banyak bersifat satu arah.
“Belajar daring di daerah yang kaya jaringan internet saja belum bisa menjamin pembelajaran berlangsung efektif. Bisa dibayangkan seperti apa efektifitas pembelajaran melalui televisi. Sementara itu faktanya masih banyak siswa yang tinggal di daerah tak terjangkau jaringan internet,” kata Zainuddin melalui keterangan tertulisnya, Minggu (12/04/2020).
Meski demikian, Zainuddin tetap meminta kepada Menteri Nadiem Makariem untuk mencari lagi solusi untuk melayani pembelajaran siswa yang televisi pun tidak bisa mereka akses.
“Mendikbud tetap harus memperhatikan jumlah siswa yang tidak bisa mengakses televisi dan apalagi internet. Jumlah mereka juga masih banyak,” kata dia.
“Bisa saja melakukan kerjasama dengan RRI yang jangkauannya lebih luas dan mudah aksesnya,” imbuh dia.
Bagaimanapun, lanjut dia, mencerdaskan kehidupan seluruh anak bangsa adalah kewajiban negara.
“Pemerintah tetap harus berusaha melayani pendidikan mereka secara adil. Pemerintah tidak boleh berhenti hanya melayani siswa yang bisa mengakses internet dan televisi,” katanya.
Menurut penulis buku Sosiologi Pendidikan ini masih ada cara yang bisa dilakukan Mendikbud untuk melayani mereka yang tidak memiliki jaringan televisi dan apalagi internet.
“Dalam hal ini Mendikbud bisa menyusun semacam gugus tugas. Mereka inilah yang diminta hadir di masyarakat yang tak bisa akses televisi dan apalagi internet,” ujar dia.
Gugus tugas terdiri dari para guru. Mereka diminta datang ke daerah tertentu, dengan jadwal yang telah ditentukan.
“Mereka sampaikan bahan pembelajaran yang telah dirancang. Sebaiknya bukan content based, melainkan lebih tepat bentuknya belajar berbasis problem atau project yang bisa dilaksanakan siswa selama minggu itu,” katanya.
Gugus tugas itu pula yang nantinya meminta tagihan hasil belajar sekaligus memberikan bahan pembelajaran hari-hari berikutnya. Tentu harus tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat, antara lain guru harus dilengkap APD yang lengkap, termasuk pelindung badan.
“Tidak urgen saat seperti ini mengejar ketuntasan kurikulum. Fokuskan saja pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan afektif siswa seperti pembentukan sikap disiplin, mandiri, tanggung jawab, pola hidup bersih, peduli sesama, atau sadar lingkungan,” kata dia.
“Tentu sangat relevan diajak belajar memecahkan masalah, khususnya melawan wabah Covid-19 yang tengah menimpa bangsa Indonesia dan umat manusia sedunia ini,” imbuh Zainuddin.
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin