Fakta-Fakta Unik di Balik Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi (Foto: Reuters)
Jakarta – Polemik kemanusiaan di Myanmar telah menyita perhatian publik internasional. Tidak hanya menyayangkan hingga mengecam perlakuan pemerintah terhadap etnis Muslim Rohingya di Rakhine State, berbagai pihak juga menyoroti sikap pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
Aung San Suu Kyi (72) adalah mantan aktivis yang pernah mendapatkan Nobel Perdamaian dari Persatuan Bangsa-Bangsa pada 1991 silam. Setelah polemik Rohingya mencuat ke publik, banyak orang kemudian menyindir Nobel Perdamaian yang pernah diraih oleh pemimpin Myanmar tersebut.
Dilansir dari Asian Correspondent, berikut ini fakta-fakta unik dibalik penghargaan Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi:
- Penghargaan untuk sang aktivis HAM dan Demokrasi
Komite Nobel PBB pada 1991 memberikan penghargaan Nobel Perdamaian kepada Aung San Suu Kyi karena memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia tanpa kekerasan. Hal ini menarik perhatian dunia, apalagi Myanmar (sebelumnya Burma) dipimpin oleh junta militer.
Selama perjuangan, Suu Kyi pernah mendekam sebagai tahanan rumah selama 15 tahun sejak 1989. Ia tidak melihat anak-anak dan suaminya selama dalam masa tahanan.
- Nobel Perdamaian kontroversial
Tidak hanya Suu Kyi, mantan Presiden Amerika Serikat dua periode Barack Obama juga pernah mengalami hal serupa. Nobel Perdamaian yang diterima oleh Obama pada 2009 lalu dianggap sebagai lelucon. Hal yang sama juga dialami oleh Henry Kissinger (1973), Shimon Peres, Yitzhak Rabin, dan Yasir Arafat.
“Rabin, Arafat, Obama… akhirnya, tentu saja mereka semua politis. Suu Kyi seharusnya menjadi sesuatu yang lain, menjadi ikon moral, seorang pejuang HAM. Dia adalah Gandhi (Mahatma Gandhi, Red) terakhir,” kata wartawan Mehdi Hasan di Al-Jazeera.
- Gelar Nobel Perdamaian tidak bisa dicabut
Bagaimanapun juga, titel Nobel Perdamaian tidak bisa dicabut. Menurut anggota Komite Nobel Internasional Gunnar Stalstett, sepanjang sejarah 116 tahun, tidak ada penghargaan nobel yang ditarik kembali, gegara suatu insiden, seperti yang dilakukan oleh Suu Kyi.
“Nobel Perdamaian tidak pernah dicabut, dan komite tidak pernah akan melakukan hal itu,” kata Stalstett kepada New York Times.
Sementara Profesor Studi Asia Tenggara asal Singapura Maznah Mohamad menilai pencabutan nobel bukan solusi yang bisa ditempuh saat ini. Hal paling penting dilakukan oleh para pemimpin negara adalah duduk bersama mencari solusi untuk menyelesaikan masalah.
“Saya pikir mencabut nobel bukan solusi. Hal terpenting dan paling mendesak adalah memecahkan masalah,” kata Maznah.
TAGS : Myanmar Aung San Suu Kyi Rohingya Nobel
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/21394/Fakta-Fakta-Unik-di-Balik-Nobel-Perdamaian-Aung-San-Suu-Kyi/