Ilustrasi catatan getaran gempa
Jakarta – Gempa bumi berkekuatan 6,9 SR mengguncang sebagian besar Pulau Jawa pada Jumat (15/12) malam. Guncangan paling keras terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Pangandaran, dan Ciamis, Jawa Barat, mengingat pusat gempa berada 6 km arah tenggara Kota Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut pemaparan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Jawa Barat memang berpotensi diguncang gempa kuat. Ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi lempeng, yang terdapat di Samudera Hindia, sebelah selatan Jawa Barat, dan sesar aktif yang tersebar di daratan.
“Tidak heran jika di Jawa Barat beberapa kali terjadi gempa bumi kuat dan merusak,” jelas Kepada Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Haryono dalam keterangan resminya, Sabtu (16/12).
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, guncangan Tasikmalaya merupakan jenis gempa menengah. Di zona ini, Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia dengan laju 70 mm/tahun.
Hasil analisis mekanisme sumber keluaran BMKG menunjukkan, gempa Tasikmalaya merupakan kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique sinistral).
“Dengan melihat lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya, maka BMKG memperkiarakan pemicu gempa karena adanya deformasi batuan pada zona Benioff bagian atas dari lempeng samudera yang tersubduksi (subducted plate),” ujar Haryono.
Haryono menjelaskan mengapa gempa bumi dengan kekuatan 6,9 SR dan kedalaman 107 km dapat berdampak kerusakan. Karena, zona gempa bumi di Tasikmalaya dan Pangandaran, khususnya kawasan pesisir, lahannya tersusun oleh material tanah lunak.
“Karakteristik tanah lunak semacam ini dapat menimbulkan resonansi gelombang seismik hingga memicu amplifikasi guncangan gempa bumi,” jelasnya..
Hal itu ditambah dengan banyak bangunan yang tidak memiliki standar aman gempa sehingga memudahkan terjadinya kerusakan.
“Tingkat kerusakan akibat gempa bumi tidak hanya disebabkan magnitudo gempa dan jaraknya dari pusat gempabumi, tetapi kondisi tanah setempat dan kualitas bangunan sangat menentukan tingkat kerusakan,” ujar Haryono.
Hasil monitoring BMKG hingga Sabtu pagi pukul 7.00 WIB menunjukkan sudah terjadi gempa bumi susulan sebanyak 13 kali.
Seluruh gempa bumi susulan belum ada yang dirasakan, karena kekuatannya kurang dari 5 SR. Berdasarkan kecenderungan magnitudo gempa susulan yang terus mengecil, menunjukkan kondisi tektonik di zona gempa yang semakin stabil.
“Sangat kecil peluang terjadinya gempa bumi susulan yang lebih besar dari gempabumi utamanya (main shock),” ujar Haryono.
Untuk itu, Haryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
TAGS : Gempa Bumi Bencana alam BMKG
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/26426/BMKG-Sebut-Jawa-Barat-Langganan-Gempa-Bumi/