Ketua Baznas didampingi Direktur Puskas
Jakarta – Gempa bumi dan tsunami yang menerpa wilayah Palu-Donggala Sulawesi Tengah menyisakan luka yang mendalam bagi korban terdampak bencana. Ribuan nyawa telah melayang dan kerugian kini ditaksir mencapai triliunan rupiah akibat bencana tersebut.
Irfan Syauqi Beik selaku Direktur Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Puskas Baznas), menjelaskan mengenai perhitungan kerugian infrastruktur dan pemetaan potensi kerugian terbesar pada sektor ekonomi di wilayah terdampak yang dialami oleh Palu-Donggala.
“Untuk Kota Palu, estimasi kerugian infrastruktur senilai 23,9T. Dari sisi perekonomian potensi terbesar pada sektor yang terdampak yaitu industri (48% di Kecamatan Mantikulore), peternakan (39% di Kecamatan Palu Utara) dan Hortikultura (40% di Kecamatan Tawaeli). Potensi infrastruktur kesehatan terdampak paling besar di Kecamatan Mantikulore (23%) dan infrastruktur pendidikan di Kecamatan Palu Timur (19%),” ujar Syauqi dalam acara press conferernce di Jakarta, Kamis (11/10).
Syauqi menambahkan kerugian yang dialami di daerah Palu dan Donggala memiliki perbedaan yang cukup signifikan, dimana wilayah Palu tercatat lebih banyak mengalami kerugian. Salah satu faktornya karena banyaknya perusahaan industri serta perkebunan yang hancur akibat bencana tersebut.
“Untuk Kabupaten Donggala estimasi kerugian infrastruktur senilai 773,2 M. Dari sisi perekonomian potensi terbesar pada sektor yang terdampak yaitu perkebunan (38% di Kecamatan Sindue Tambusabora), peternakan (23% di Kecamatan Dampelas), hortikultura buah-buahan (32% di Kecamatan Sindue Tobata) dan Hortikultura sayur-sayuran (30% di Kecamatan Tanantovea). Potensi infrastruktur kesehatan dan infrastruktur pendidikan terbesar di Kecamatan Banawa Selatan (12%),” tambahnya.
Syauqi memprediksi bahwa bencana alam tersebut akan memiliki pengaruh terhadap perekonomian masyarakat, karena banyak yang belum bisa bekerja dan bahkan banyak yang kehilangan pekerjaan mereka.
“Kondisi ekonomi masyarakat akan sangat terpengaruh dengan adanya bencana tersebut, mungkin yang tadinya muzaki bisa jadi mustahik,” tuturnya.
“Karena yang dikatakan fakir salah satunya adalah perubahan kondisi seseorang karena sesuatu seperti sakit atau pun terkena bencana,” lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Baznas Bambang Soedibyo menilai, penanganan bencana yang terjadi di Indonesia pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua pihak. Salah satu institusi yang memiliki peran penting dalam konteks ini adalah Baznas.
Bambang Soedibyo menjelaskan bahwa peran Baznas yang dilakukan diawali dengan fase rescue (upaya penyelamatan secara cepat dan tepat), relief (bantuan kebutuhan dasar untuk mengembalikan kemandirian korban), recovery (pengembalian keadaan sebelum terjadi bencana) dan reconstruction (pembangunan kembali sarana prasarana yang rusak akibat bencana).
Lebih lanjut Bambang mengatakan bahwa pada saat terjadi bencana, masyarakat yang terdampak akan kehilangan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Asset-asset pribadi maupun umum yang rusak akibat bencana akan menghalangi produktivitas mereka dalam melakukan berbagai hal, misalnya dari segi ekonomi.
“Oleh sebab itu, mereka pun dapat dikategorikan sebagai ashnaf fakir dan berhak untuk mendapatkan zakat. Selain dapat diberikan uang zakat, para masyarakat terdampak bencana juga bisa diberikan bantuan dari uang infaq dan sedekah yang ada di Baznas,” ujarnya.
“Dengan adanya analisis dampak ekonomi bencana ini maka diharapkan hal tersebut akan memberikan panduan bagi Baznas untuk mendesain program intervensi dalam rangka pemulihan perekonomian lokal, baik di Palu-Donggala maupun di Lombok,” tambahnya.
TAGS : Gempa Palu Baznas Puskas
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/42098/Bencana-Sulteng-Ancam-Penurunan-Ekonomi-Masyarakat/