Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR bersamaan dengan rapat koordinasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia, Medan Sumatera Utara, pada Jumat (19/1)
Medan – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR bersamaan dengan rapat koordinasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia, Wilayah Sumatera Utara Tahun 2018. Acara tersebut berlangsung di Gelora Ballroom Hotel Madani, Medan Sumatera Utara, pada Jumat (19/1).
Menurut Hidayat, Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan JSIT adalah yang pertama sekali dilaksanakan pada tahun ini dan sekaligus rakor ini merupakan salah satu metode sosialisasi yang menarik.
“Ini merupakan salah satu metode sosialisasi, yaitu sosialisasi sekaligus rakor. Itu artinya, Sosialisasi Empat Pilar MPR, yakni Pancasila, UUD NRI 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, bisa bersama-sama dilakukan di semua kegiatan masyarakat. Jadi, ini satu kondisi yang penting untuk dikembangkan,” kata Hidayat.
Sosialisasi Empat Pilar MPR, lanjut Hidayat, merupakan bagian penting yang bisa mengoreksi beragam pengaruh negatif, seperti LGBT, radikalisme, terorisme, atheis, komunis, separatis, yang semuanya bertentangan dengan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Sosialisasi ini sangat penting supaya anak-anak bangsa memahami Indonesia,” imbuhnya.
Lebih lanjut Hidayat Nur Wahid menyampaikan tatanan kehidupan bangsa Indonesia dibangun atas dasar negara Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam sosialisasi yang dihadiri, oleh anggota MPR Iskan Qolba Lubis (Fraksi PKS), Ketua JSIT Indonesia Mohammad Zahri, Ketua JSIT Wilayah Sumatera Utara Arbi Pasaribu, dan 300 para guru yang tergabung dalam JSIT ini, Hidayat Nur Wahid juga mengungkapkan masih adanya upaya untuk mendikotomi Islam dan ke-Indonesia-an.
“Saya tidak setuju dengan pendikotomian itu. Dikotomi itu mungkin karena phobia terhadap Islam dan umat Islam. Seolah-olah anti Pancasila, anti-NKRI,” katanya.
Sebaliknya, dengan adanya dikotomi itu, ada kalangan Islam merasa umat Islam terpisah dari ke-Indonesia-an. Kemudian muncul istilah thogut, kafir, seolah-olah Indonesia terpisah dari Islam. Kemudian mereka berpikir tentang (ideologi) negara yang lain.
Dan, pada acara sosialisasi kepada para guru JSIT ini, Hidayat juga menegaskan bahwa ke-Indonesia-an adalah juga ke-Islam-an. Ini bisa dilihat dari bukti keterlibatan umat Islam dalam perjalanan sejarah Indonesia. “Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pemikiran, para tokoh, pemimpin Islam,” katanya.
Hidayat menyebut peran tokoh Islam seperti K.H. Wahid Hasyim, K.H. Kahar Muzakar, Moh Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, dan lainnya. “Mereka menyepakati tentang sila-sila pada Pancasila serta ke-Indonesia-an kita. Inilah yang perlu disampaikan kepada generasi zaman now. Karena generasi zaman now seringkali tidak paham,” jelasnya.
Dengan pemahaman ini, Hidayat berharap, ke depan agar tidak ada lagi pemikiran mendikotomikan ke-Indonesia-an dan ke-Islam-an. Hidayat meminta jangan ada upaya mengadu-domba antara umat Islam dan negara. Negara juga jangan mau diprovokasi untuk memusuhi umat Islam, dan sebaliknya umat Islam jangan memusuhi negara.
“Adu domba itu hanya menguntungkan mereka yang anti negara, yaitu kelompok LGBT, liberalis, separatis, komunis. Sosialisasi ini menghadirkan bahwa antara ke-Indonesia-an dan ke-Islam-an sesungguhnya menyatu,” ujarnya.
Sosialisasi Empat Pilar MPR ini ditujukan kepada semua elemen masyarakat termasuk penyelenggara negara, TNI, Polri, mahasiswa. “Jadi jangan hanya rakyatnya saja yang diminta melaksanakan Pancasila, pemerintahnya juga harus melaksanakan Pancasila,” ucapnya.
Di akhir sambutanya, Hidayat Nur Wahid mengatakan, tantangan para generasi zaman now sangat komplek. Untuk itu diharapkan dalam menjaga kebhinnekaan ini para guru terutama yang tergabung di JSIT dapat menggunakan cara-cara yang pernah di lakukan oleh para para founding fathers dan mothers yakni, Pancasila. “Dan kita harus mempelajari Pancasila dari keteladanan para pemimpin pendiri bangsa ini,” ujarnya.
TAGS : Warta MPR
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/28071/Belajar-Pancasila-dari-Keteladanan-Para-Pemimpin-Pendiri-Bangsa/