Perdana Menteri Libanon Saad Hariri bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dalam perjalanan dari Paris ke Beirut pada (22/11) (Foto:AFP)
Kairo – Presiden Abdel Fattah el-Sisi secara resmi mengumumkan mencalonkan diri untuk masa jabatan empat tahun keduanya dalam pemilihan presiden (Pilpres) Mesir yang akan berlangsung pada 26-28 Maret. Para kandidat paling lambat mendaftar antara 20-29 Januari.
Pengumuman itu disampaikan dalam konferensi melalui televisi di Kairo pada Jumat (19/1). Dalam kesempatan yang sama, ia menekankan pentingnya warga negara memilih untuk menjaga sistem demokratis yang sudah dirawat empat tahun lalu.
“Baru 11 hari yang lalu ketika komisi pemilihan mengumumkan, pemilihan akan diadakan pada bulan Maret. Itu berarti hanya delapan minggu lagi,” kata profesor ilmu politik di Long Island University, Dalia Fahmy kepada Al Jazeera dari New Jersey di Amerika Serikat
Sejauh ini, dua kandidat yang sudah memantapkan niatnya, di antaranya, Khaled Ali, seorang pengacara hak asasi manusia dan pemimpin oposisi, dan Essam Heggy, seorang ilmuwan antariksa Mesir yang bertindak sebagai penasihat negara untuk urusan ilmiah dari tahun 2013 hingga 2014.
Awal bulan ini, Ahmed Shafik, mantan perdana menteri, mengulangi niatnya untuk menjadi calon presiden. Pria yang berusia 76 tahun itu sebelumnya mengumumkan rencananya untuk mencalonkan diri dalam pesan video eksklusif kepada Al Jazeera.
Namun, New York Times mengutip salah satu pengacara Shafik mengatakan, pemerintah Mesir memaksanya mundur dengan mengancam akan menyelidiki tuduhan korupsi terhadapnya.
Sebagai kepala militer Mesir, Sisi menjadi presiden pada 2013 setelah menyingkirkan Mohamed Morsi, Ikhwanul Muslimin, dalam sebuah kudeta. Ia kemudian menang telak dalam pemilihan presiden 2014.
Di bawah Sisi, Hak Asasi Manusia (HAM) di Mesir makin memburuk. Organisasi HAM melaporkan, setidaknya 60.000 orang telah dipenjara sejak ia berkuasa.Ada juga laporan tentang penghilangan paksa dan pembekuan kebebasan pers.
Fahmy mengatakan bahwa pemilihan yang akan datang hanyalah sebuah pemilihan untuk cap karet realitas Pakta Sisi yang ada.
“Apakah pemilihan akan bebas dan adil? Tidak, karena tidak ada kontestasi. kita sudah melihat kandidat yang layak, tapi mengurungkan niatnya. Sekarang, kita memiliki dua kandidat, tapi sangat lemah dan benar-benar belum melakan apa-apa,” ujarnya.
“Jadi apa yang kita lihat, hampir tujuh tahun setelah Musim Semi Arab awal tahun 2011, adalah bahwa kita kembali ke suatu saat di mana pemilihan tidak lain adalah perangkap jendela dari sisa-sisa demokrasi, tapi sebenarnya bukan institusi yang mengarah pada suara orang-orang untuk didengar. “
TAGS : Pilpres Mesir Demokrasi Sisi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/28072/Aroma-Tak-Sedap-Jelang-Pilpres-Mesir-2018/