Mantan Presiden PKS, Anis Matta
Jakarta – Problematika umat Islam belakangan ini membutuhkan cara baru dalam mengelola negara. Dimana, ketegangan antara Islam dan negara sudah seharusnya berakhir dan energi bangsa ini digunakan untuk mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan utama dunia.
Demikian disampaikan calon presiden (Capres) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, dalam acara Indonesia Leaders’ Forum di auditorium Birawa, Jakarta, Kamis (26/4) malam.
“Indonesia sedang menghadapi dua krisis, yaitu krisis narasi dan krisis kepemimpinan. Kondisi sekarang adalah output dari sistem. Karena itu, untuk menyelesaikan kondisi sekarang, kita harus merumuskan sistem pengelolaan negara yang baru,” kata Anis.
“Masalah ketimpangan dan kemiskinan yang kita hadapi sekarang adalah output dari satu sistem. Jika sistem kita ubah, tentu outputnya akan berubah,” kata Anis.
Menurutnya, cara pengelolaan negara baru itu bersendikan pada empat pilar, yaitu agama, pengetahuan, ekonomi, dan militer. Semua potensi itu ada tinggal bagaimana pemimpin mengerti dan mampu membawa bangsa ini mengoptimalkan semua potensi yang ada.
“Indonesia ini seperti mobil bermesin besar, tapi masuk ke jalur yang lambat dan penuh lubang karena supirnya tidak punya GPS yang benar. Nah, penumpang terbesar dalam mobil itu adalah umat Islam. Ketika penumpang bertanya ‘mau ke mana kita?’, malah dihardik oleh si supir,” kata Anis.
Agar mobil besar bernama Indonesia ini bisa sampai ke tujuannya, kata Anis, maka perlu ada arah baru yang jelas dituju. “Dan untuk memastikan arah baru itu tercapai, tentu kita perlu supir baru,” tegas Anis.
Acara Indonesia Leaders’ Forum ini digagas oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan dipandu Ustad Bachtiar Nasir. Turut hadir dalam acara tersebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Fadli Zon, dan Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
TAGS : Pilpres 2019 Anis Matta PKS
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/33317/Anis-Indonesia-Hadapi-Dua-Krisis-Butuh-Sopir-Baru/